
Harianku Sebagai Ibu Rumah Tangga
Table of Contents
Harianku Sebagai Ibu Rumah Tangga adalah pilihan sekaligus tanggung jawab besar. Setiap hari, aku menjalani peran ini dengan penuh cinta, meski di balik senyum dan kehangatan, ada perjuangan yang tidak semua orang lihat. Inilah sekilas tentang harianku sebagai ibu rumah tangga sibuk.
Pagi: Awal Hari yang Riuh
Harianku Sebagai Ibu Rumah Tangga Hari dimulai sekitar pukul 04.30 pagi. Aku bangun lebih dulu dari semua anggota keluarga. Waktu tenang sebelum semuanya beraktivitas menjadi saat-saat berhargaku untuk menyiapkan energi, membuat sarapan, dan menyiapkan bekal untuk suami dan anak-anak.
Biasanya aku multitasking: satu tangan menggoreng lauk, satu lagi menyapu lantai. Kadang, sambil menyiapkan sarapan, aku juga mengecek jadwal kegiatan anak di sekolah. Menjadi “manajer” kecil dalam rumah tangga memang menantang, tapi aku menikmati sensasinya.
Harianku Sebagai Ibu Rumah Tangga Sering kali aku merasa waktu pagi adalah momen paling sibuk sekaligus paling krusial. Karena jika pagi hari berjalan lancar, maka mood sekeluarga akan lebih baik sepanjang hari. Aku menyiapkan seragam, memastikan anak-anak sarapan cukup, dan kadang harus menghadapi drama kecil seperti rebutan sikat gigi atau sepatu yang hilang.
Siang: Antara Pekerjaan Rumah dan Waktu Me-Time
Harianku Sebagai Ibu Rumah Tangga Setelah suami berangkat kerja dan anak-anak sekolah, aku punya waktu untuk membereskan rumah — dari mencuci, menjemur pakaian, hingga membersihkan dapur. Setiap sudut rumah seperti berbicara padaku, meminta perhatian.
Aku juga mengatur ulang barang-barang yang sudah berantakan sejak pagi. Di sela-sela itu, aku membuka grup WhatsApp sekolah anak, membaca pengumuman, dan kadang ikut berdiskusi jika ada kegiatan sekolah yang perlu kerja sama orang tua.
Namun, aku belajar bahwa me-time itu penting. Setelah pekerjaan utama selesai, aku biasanya menyempatkan diri untuk membaca buku, menulis jurnal, atau sekadar menikmati secangkir kopi sambil menonton drama favorit. Waktu-waktu kecil ini memberiku energi untuk tetap semangat menjalani sisa hari.
Kadang aku juga menyempatkan diri untuk membuat konten media sosial. Bukan untuk eksis, tapi sebagai dokumentasi pribadi tentang tumbuh kembang anak-anak dan perjalananku sebagai ibu. Aku juga sesekali mengikuti webinar parenting atau kelas memasak online agar tetap merasa berkembang meski di rumah.
Sore: Dunia Anak-Anak
Menjelang sore, rumah kembali ramai. Anak-anak pulang sekolah, membawa cerita baru dan PR yang harus diselesaikan. Aku berganti peran menjadi guru pendamping, teman bermain, sekaligus koki untuk camilan sore.
Momen ini jadi waktu yang hangat karena biasanya aku duduk bersama mereka di ruang tengah, mendengarkan cerita-cerita lucu dari sekolah, atau membantu mereka menghafal pelajaran. Terkadang kami juga bermain bersama di halaman rumah, sekadar melepas penat.
Aku juga harus mengecek tugas mereka, menandatangani buku penghubung, dan mengingatkan jadwal ekstrakurikuler. Tak jarang, aku menjadi pendengar curhatan tentang teman yang menyebalkan atau guru yang memberi PR terlalu banyak. Bagiku, kehadiran di momen seperti itu adalah bagian dari pendidikan emosional anak.
Malam: Menutup Hari dengan Syukur
Malam hari adalah saatku menyiapkan makan malam keluarga, menghabiskan waktu bersama di meja makan, lalu memastikan semua siap untuk esok hari. Aku juga menyempatkan diri untuk refleksi: apa yang sudah kulakukan hari ini? Apa yang bisa diperbaiki besok?
Setelah anak-anak tidur, biasanya aku dan suami berbincang ringan. Kadang tentang pekerjaan, kadang tentang perkembangan anak. Ini jadi waktu kami berdua untuk tetap menjaga kedekatan di tengah kesibukan masing-masing.
Harianku Sebagai Ibu Rumah Tangga Aku pun menyiapkan keperluan anak-anak untuk esok hari: menyetrika seragam, menyiapkan uang saku, hingga mengisi botol minum. Rutinitas ini kujalani dengan penuh cinta, meski rasa lelah sering datang tanpa permisi.
Refleksi dan Pembelajaran
Selama menjadi ibu rumah tangga, aku belajar banyak hal tentang kehidupan. Tentang bagaimana membagi waktu, menahan emosi, hingga menyadari pentingnya menjaga kesehatan mental dan fisik.
Dulu, aku sering merasa rendah diri karena tidak punya penghasilan tetap. Tapi kini aku paham, kontribusiku dalam keluarga tidak bisa diukur hanya dari uang. Mengurus rumah, membesarkan anak, dan menciptakan lingkungan yang nyaman adalah pekerjaan yang sangat penting.
Harianku Sebagai Ibu Rumah Tangga Sibuk

Aku juga belajar untuk menerima bahwa tidak semua hari berjalan sempurna. Ada hari-hari di mana aku merasa gagal, rumah berantakan, anak rewel, dan moodku kacau. Tapi dari situ aku belajar untuk memaafkan diri sendiri, bangkit, dan mencoba lagi besok.
Belajar mengelola stres dan memperkuat mental menjadi bagian dari perjalanan ini. Aku mengikuti komunitas online ibu-ibu rumah tangga untuk saling berbagi cerita dan dukungan. Ternyata banyak yang merasakan hal yang sama: perjuangan, kesepian, kelelahan, tapi juga kebahagiaan yang tak tergantikan.
Aku juga belajar bahwa penting sekali menjaga komunikasi yang sehat dengan pasangan. Membagi beban emosional, mendiskusikan masalah anak, serta merayakan pencapaian kecil bersama membuat hubungan kami tetap kuat di tengah kesibukan masing-masing.
Penutup:
Aku percaya, setiap ibu rumah tangga punya ceritanya masing-masing. Bagi yang melihat dari luar, mungkin kesibukan kami tampak sederhana. Tapi di balik itu, ada kekuatan luar biasa yang selalu berusaha menjaga kehangatan sebuah rumah. Ini harianku — sibuk, penuh cinta, dan sangat berarti.
Dan meski rutinitasku nyaris sama setiap hari, ada keindahan dalam repetisi itu. Karena setiap pagi, siang, sore, dan malam adalah bagian dari perjalanan menciptakan rumah yang bukan hanya tempat tinggal, tapi tempat bertumbuh dan penuh cinta.
BISA BACA SELANJUTNYA DI: KOMPAS